Warga Lingkar Tambang Teriaki PT STM Soal Pencemaran dan Kerusakan Hutan
tamborapress.com, - Dompu_NTB, – Seorang Warga Desa Hu'u, Kecamatan Hu'u Kabupaten Dompu, Abubakar (52 Tahun) menyuarakan keluhannya terhadap dampak buruk aktivitas pengeboran tambang PT. STM di wilayah sekitar sungai yang mengalir ke permukiman warga.
Dalam wawancara dengan sejumlah awak pada Kamis (01/05/2025) kemarin, Ia menyoroti pencemaran lingkungan, krisis air bersih, hingga minimnya realisasi janji-janji sosial perusahaan kepada masyarakat disekitar wilayah ekplorasi.
Menurut Abubakar, lokasi pengeboran tambang berada di sepanjang aliran sungai, dengan puluhan titik yang berdekatan langsung dengan sumber air utama masyarakat. Ia menyebut penggunaan bahan kimia dan oli bekas dari mesin pengeboran mencemari sungai yang dulunya menjadi sumber air bersih bagi warga.
" Sekarang musim hujan, air bukan lagi yang datang, tapi lumpur. Cuci kaki saja tidak bisa, apalagi minum ", Ketusnya dengan geram.
Ia menambahkan, bahwa pencemaran tidak hanya dari bahan kimia, tetapi juga dari limbah rumah tangga karyawan tambang seperti bekas mandi, cuci piring, dan toilet yang dibuang langsung ke sungai.
“ Saya pernah lihat sendiri bersama mantan wakil bupati waktu turun ke camp Wadu Bura ,” ungkapnya.
Keluhan masyarakat sekitar menurutnya sudah sering disampaikan ke pihak PT. STM. Namun, tanggapan yang diterima hanya sebatas janji yang tak kunjung ada realisasi. Bahkan saat perusahaan mengklaim mendapat penghargaan internasional soal pengelolaan lingkungan.
Abubakar malah menyebut hal itu hanyalah sebatas pencitraan omong kosong belaka. “Penghargaan itu tidak pantas diberikan. Faktanya, masyarakat tidak merasakan manfaatnya,” tegas pria paruh baya yang juga adalah ketua kelompok tani di Desa Hu'u itu.
Krisis air juga menjadi masalah serius. Ia menyebut jalur pipa yang dulunya mengalirkan air ke warga kini dialihkan untuk kepentingan pengeboran.
" Kalau mereka tidak kerja, air tidak mengalir ke sini. Air hanya untuk kebutuhan mereka, ” bebernya.
Sedangkan Soal janji-janji sosial seperti lapangan pekerjaan, ia justru menilai hanya orang-orang yang memiliki koneksi yang mendapatkan keuntungan.
" Kalau tidak ada orang dalam, jangan harap bisa kerja. Makanya masyarakat sampai blokir jalan biar didengar ", ujarnya.
Selain itu, Abubakar juga menyinggung perubahan lingkungan selama digarap PT. STM. Ketua Kelompok tani di So Wadu Me'e ini mengungkapkan, dulu masyarakat Nanga doro hidup dengan makmur dan sejahtera, air melimpah dan hasil hutan seperti madu. Namun kini malah hilang tak berbekas.
" Kami rugi. Laut tidak ada (ikan_red), gunung hancur, sawah kekurangan air. Tempat mencari nafkah sudah sempit ", ujarnya lirih.
Di akhir pernyataannya, Abubakar berharap PT STM menepati janji-janjinya dan tidak sekadar menjadikan komitmen menjaga lingkungan sebagai Bualan pemanis mulut.
" Lihat saja, kondisi hutan kita sudah luluh lantak. Tidak bisa dibohongi ", tutupnya.(IB).
No comments